KOMPAS.com - Masih ingatkah Anda, ketika mantan Presiden ke-44 Amerika Serikat, Barack Obama berkunjung ke Indonesia dalam rangka kunjungan kerja pada 2010? Di sela-sela kunjungan kerjanya, ia memberikan kuliah umum di Universitas Indonesia.
Pada ruangan yang dihadiri oleh 6.000 orang tersebut, Obama mengenang masa lalu saat tinggal di Indonesia pada rentang 1967-1971. Ia mengatakan, ketika di Tanah Air sering membeli makanan dari pedagang kaki lima. Dari sekian jenis jajanan kaki lima favorit, baksoadalah salah satu yang ia ucapkan dengan lantang.
Tak heran, ia sangat senang ketika bisa menyantap makanan ini kembali pada jamuan makan malam di Istana Negara, saat kunjungan kerjanya.
“ Bakso, nasi goreng, emping, semuanya enak. Terima kasih,” ujarnya malam itu.
Pada 2017, Obama kembali mengunjungi Indonesia. Kunjungan kali ini tak berkaitan dengan agenda kepresidenan karena masa jabatannya sudah selesai. Kali ini, ia datang bersama keluarga untuk memenuhi undangan Presiden Joko Widodo yang mengajaknya liburan di Indonesia.
Dalam lawatan itu, Obama diajak makan di Istana Negara, Bogor. Pertemuan itu jadi spesial karena Obama dan keluarga kembali dihidangkan bakso.
Spesial dan mudah dikreasikan
Saking lekatnya dengan Indonesia, riwayat bakso hampir terlupa. Jika ditarik sejarahnya, olahan daging sapi berbentuk bundar ini dipengaruhi oleh kultur kuliner bangsa lain yang telah berasimilasi dengan cita rasa lokal Indonesia.
Dalam bahasa Hokkian, secara harfiah bakso berarti ‘daging giling’. Dikarenakan penduduk Indonesia yang mayoritas memeluk agama Islam, maka bakso lebih umum terbuat dari daging sapi.
Bahkan, saat ini bakso berbahan daging ayam dan ikan pun sudah lumrah ditemui.
Meski demikian, bakso berbahan dasar daging sapi jadi jenis yang paling melekat dengan masyarakat. Hal itu tak lain karena varian ini paling mudah dikreasikan.
Bakso yang sering ditemui, lazimnya disajikan dengan bihun, mi, sayur sesin, tauge, tahu, dan kuah kaldu. Akan tetapi, sebenarnya, ada banyak menu lain yang bisa dikreasikan.
Dalam proses percampuran budaya yang telah terjadi sejak lampau, bakso menjadi kuliner Indonesia yang cocok di lidah penduduk Indonesia. Bola-bola daging sapi itu juga sering dikreasikan dengan bumbu makanan khas yang menjadi identitas Indonesia. Misalnya, rendang.
Menu lainnya, bakso juga bisa jadi campuran soto. Perpaduan antara rasa otentik soto dan gilingan daging berbentuk bulat ini ternyata bisa menghasilkan cita rasa yang berbeda. Kemudian, makanan ini sering disebut dengan nama soto bakso.
Biasanya, bahan utama yang terdapat pada soto bakso adalah irisan daging ayam, tauge, daun bawang, bihun, kerupuk dan tentunya bakso bulat. Untuk variasi, soto bakso bisa ditambahkan sambal untuk menambah sensasi pedas.
Anda juga bisa menambah koya untuk memperkuat rasa kuah, sehingga perpaduannya dengan bakso sapi yang gurih akan semakin menggugah selera.
Selain bisa dipadukan dengan soto, bakso juga biasa dipadukan dengan kuliner lainnya, yakni capcay. Capcay yang sering ditemui di Indonesia berisi potongan sayur-mayur, irisan daging segar dan bakso.
Bentuk nasionalisme
Dengan variasi-variasi tersebut, hidangan daging sapi ini semakin menegaskan kedekatannya dengan keluarga Indonesia. Sayangnya, bakso termasuk dalam bahan pangan yang sering dicampurkan dengan bahan berbahaya dalam pembuatannya. Masyarakat diimbau untuk berhati-hati dalam membeli bakso yang beredar di pasaran.
Seperti yang telah diwartakan oleh Kompas.com, Kamis (8/6/2017), terdapat beberapa tips memilih bakso yang berkualitas.
Misalnya, warna bakso. Bakso yang menggunakan daging segar tanpa pengawet memiliki warna yang lebih gelap, biasanya berwarna abu-abu. Tingkat kekenyalan yang pas dan bertekstur garing juga menandakan bahwa bakso tersebut menggunakan daging sapi asli.
Saat ini, tak sulit menemukan bakso dengan kriteria itu, baik di pasar tradisional maupun modern market. Bakso Sumber Selera yang menggunakan daging sapi asli, misalnya, bisa jadi pilihan.
“Dengan kemudahan untuk dikreasikan dengan kuliner Indonesia lainnya, bisa dibilang bakso menjadi simbol persatuan masyarakat,” ujar Brand Manager PT. Sumber Prima Anugrah Abadi, Stefanus Eko.
Karena itu pula, akhirnya makanan ini biasa disambung-sambungkan dengan nasionalisme. Hal ini diamini oleh peneliti dan penulis buku Food, National Identity and Nationalism, Atsuko Ichijo dan Ronald Ranta.
Mereka mengungkapkan adanya hubungan antara kuliner dan nasionalisme. “Kuliner merupakan sebuah bagian dari kultur suatu negara yang juga bisa meningkatkan nasionalisme seseorang,” ujarnya dalam buku itu.
sumber
sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar