Rabu, 27 September 2017

Mencicipi Sate Kambing Sabang dan Gulainya yang Tersohor di Menteng

JAKARTA, KOMPAS.com - Di tengah ramainya Menteng di malam hari, ada yang menyita pandangan KompasTravel.
Ialah sebuah kedai panjang menggunakan tenda di depannya, bertuliskan sate kambing. Di sekitarnya nampak pembeli tak henti-hentinya lalu-lalang keluar masuk kedai tersebut secara bergantian.
Kedai ini ternyata cukup legendaris di Menteng, bahkan di Jakarta. Kedai Sate Lamongan Jaya Agung, merupakan salah satu kedai Lamongan pertama yang ‘menginvasi’ Jakarta.

Pemiliknya ialah Jali Suprapto (74), pria asal Desa Siman, Lamongan, Jawa Timur. Jali merupakan salah satu pembawa soto lamonganpertama ke Jakarta sekitar tahun 1960. Dia coba berjualan sediri mulai tahun 1963.
Kini kedainya justru terkenal dengan olahan kambingnya, yaitu sate kambing dan rawon, dengan tetap menyuguhkan cita rasa Jawa Timur. Meki begitu menu soto lamongan tetap ada dan tersedia bagi para penggemarnya.
“Kambingnya enak mas, empuk dan cocok aja sih buat kita. Biasanya kalau gak rawon, ya sate kambingnya. Seminggu sekali lah mampir di sini,” ujar Jaka, pelanggan setia Kedai Sate Lamongan Jaya Agung asal Makassar yang bekerja di Jakarta, Senin (5/6/2017).
Salah satu kedai Soto lamongan pertama di Jakarta, kini merambah menjual Sate Kambing, berlokasi di Jalan Whid Hasyim, Menteng, Jakarta.(KOMPAS.com/Muhammad Irzal Adiakurnia)
Penasaran dengan rahasia dari olahan kambingnya, KompasTravel mencicipi sate kambing khas kedai Sate Lamongan Jaya Agung, atau yang lebih dikenal dengan Sate Sabang.
Satu porsi sate kambing pun tersaji di atas meja, kondisinya yang baru diangkat dari tunggu pembakaran membuat minyaknya mengalir dari sisi lemak sate tersebut. Bumbu kacangnya berwarna coklat kehitaman, pekat akibat campuran bumbu dan kecap.
Dari penampilannya terlihat potongan daging kambing begitu besar, berukuran sekitar 2-3 sentimeter diameternya. Dalam satu tusuk terdapat empat potong, tiga daging dan satu lemak di tengah-tengahnya.
Advertisment
Saat satenya digigit, ternyata teksturnya benar cukup empuk untuk seukuran daging kambing yang disate. Saus kacangnya tak begitu halus, jadi tekstur kacang masih sangat terasa di mulut.
Tak lama terdengar beberapa pengamen yang menyanyikan lagi khas Makassar.
“Anging mammiri ku pasang. Pitujui tontonganna. Tusarroa takkaluppa...”
Usut punya usut, kedai ini memang menjadi tempat favorit wisatawan atau perantau dari Makassar untuk menikmati olahan kambing. Saking banyaknya pembeli dari Makassar, para pengamen pun “merayunya” dengan lagu-lagu Sulawesi Selatan.
“Ya, memang terkenal di orang Makassar, bahkan ada yang belum ke penginapan masih bawa koper langsung makan di sini dulu. Mess orang Makassar juga gka jauh sih dari sini,” ujar Farida, menantu Jali yang kini meneruskan usaha tersebut bersama suaminya.
Suasana Soto Lamongan dan Sate Kambing Jaya Agung, yang sejak tahun 1972 sudah berdiri di Jalan Wahid Hasyim, Menteng, Jakarta, dengan berjualan Soto Lamongan.(KOMPAS.com/Muhammad Irzal Adiakurnia)
Meski sudah tak muda lagi, Jali Suprapto masih rutin mengecek cita rasa masakan di sini. Sore atau malam hari ia sempatkan datang untuk mengecek bumbu-bumbu di sini.
“Kalau lagi ramai itu sampai ke jalan-jalan makannya. Bisa habis 10 kilo daging kambing kalau lagi ramai,” kata Jali kepada KompasTravel, sembari mengecek bumbu dapur kedainya, malam itu.
Kedai ini terkenal dengan sebutan Sate Sabang, karena bertempat di perempatan antara Jalan Sabang dengan Jalan Wahid Hasyim. Setiap hari, kedai ini buka mulai pukul 08.00-24.00 WIB.
Harga satu porsi sate kambing berisi 10 tusuk Rp 57.000, jika Anda ingin tanpa menggunakan lemak Rp 58.000. Sedangkan hidangan berkuah seperti gule dan soto lamongan Rp 27.000. Bagi yang tak suka kambing, tersedia juga sate ayam Rp 35.000 yang tak kalah menggoda.
sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar