Senin, 20 November 2017

Bergelantungan di Antara Dua Puncak Gunung Parang, Seru!

PURWAKARTA, KOMPAS.com - Tyrolean traverse, begitu istilahnya, merupakan metode yang digunakan untuk menyeberangi satu titik tinggi ke titik tinggi lainnya. Menggunakan seutas tali, tyrolean traversebiasa dilakukan saat memanjat tebing atau mendaki gunung dengan lanskap yang cukup ekstrem.

Biasanya tyrolean traverse dilakukan oleh para profesional. Namun di Gunung Parang, Purwakarta, Anda bisa mencobanya bahkan sambil bersantai di hammock yang bertengger di tengah-tengah tali.
"Tyrolean di sini bisa untuk siapa saja, tak mesti profesional," tutur penggagas Badega Gunung Parang, Dhani Daelami kepada KompasTravel.
Badega Gunung Parang adalah komunitas sekaligus operator wisata berbasis lokal yang melayani tyrolean dan via ferrata. Keduanya dibuat agar bisa dinikmati oleh semua kalangan, baik pria maupun wanita, dari berbagai rentang usia.
Perjalanan dimulai dari kaki Gunung Parang. Anda akan dibawa trekkingdengan medan yang cukup ekstrem. Di beberapa titik, tingkat kemiringannya bisa mencapai 60 derajat. Trekking dilakukan sekitar tiga jam hingga mencapai Puncak Tower 1 Gunung Parang.
Dari sini, Badega Gunung Parang akan menyiapkan segala perlengkapan untuk tyrolean. Tali dibentangkan dari Puncak Tower 1 menuju Puncak Tower 2. 
Menggunakan seutas tali, tyrolean traverse biasa dilakukan saat memanjat tebing atau mendaki gunung dengan lanskap yang cukup ekstrem.(KOMPAS.COM)
Dari Puncak Tower 1, Anda akan dipasangkan beberapa perlengkapan keselamatan. Titik untuk menyeberang berlokasi di bawah puncak, sehingga Anda harus menuruni dinding Tower 1 sejauh 20 meter menggunakan tali dan tangga besi.
Sampai di Stasiun Tambatan Tower 1, inilah waktunya Anda menyeberang. Tali yang digunakan tak sembarangan, merupakan lintasan kawat baja yang membentang sepanjang 60 meter. Anda tak perlu meniti tali, karena tim dari Badega Gunung Parang akan menarik Anda sampai ke Stasiun Tambatan Tower 2.
Dari Puncak Tower 2, Anda bisa menikmati pemandangan Danau Jatiluhur yang membentang luas. Lanskap Kota Purwakarta pun terlihat jelas dari sini. 
"Tyrolean ini juga tertinggi di Indonesia. Anda bergelantungan di ketinggian 850 meter," tambah Dhani.
Tertinggi dalam hal ini dihitung dari jarak antara tali tyrolean sampai dasar jurang, alias permukaan tanah. Tyrolean juga biasa dilakukan di Carstensz Pyramid, dengan ketinggian sekitar 4.000 mdpl. Namun, jarak antara tali dan jurang di bawahnya tidak sejauh tyrolean Gunung Parang.
Menyeberangi dua puncak Gunung Parang belum lengkap tanpa bersantai di hammock yang dibentangkan di bagian tengah tali. Dua orang petugas sigap membentangkan hammock, dan tentunya memasang beberapa pengaman sebelum diduduki wisatawan.
Menyeberangi dua puncak Gunung Parang belum lengkap tanpa bersantai di hammock yang dibentangkan di bagian tengah tali. Dua orang petugas sigap membentangkan hammock, dan tentunya memasang beberapa pengaman sebelum diduduki wisatawan.(KOMPAS.COM)
Waktu KompasTravel mencoba tyrolean traverse di Gunung Parang, hammock siap sesaat sebelum matahari terbenam. Kabut mulai turun, semburat sinar matahari senja terlihat jelas. Bersantai di hammocksambil menikmati senja di puncak Gunung Parang, rasanya tak ada dua.
Usai mencoba tyrolean, Anda akan kembali trekking menuruni Gunung Parang dengan jalur yang sama. Namun Badega Gunung Parang menyediakan fasilitas kemping jika Anda ingin bermalam di bawah gugusan bintang.
Dengan harga Rp 575.000 per orang, Anda akan mendapatkan peralatan lengkap beserta guide, tenda dan matras, minuman (kopi/teh/jahe), dan makan sebanyak dua kali (kedatangan dan kepulangan).
Untuk tyrolean dalam satu hari, Anda harus berangkat pukul 07.00 WIB. Namun jika ingin menginap di puncak, Anda bisa berangkat pukul 14.00 WIB.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar