Senin, 20 November 2017

7 Fakta Menarik Tentang Friedrich Silaban dan Masjid Istiqlal

Arsitek Friedrich SilabanJAKARTA, KOMPAS.com - Nama Friedrich Silaban dikenal lantaran buah karyanya yang masih berdiri tegak sampai sekarang. Ia adalah arsitektur yang berkarya saat Indonesia baru merdeka.

Sebagai bangsa yang baru membangun, Friedrich menyumbang sketsa bangunan cemerlang. Hingga kini kita masih dapat melihat bangunan rancangan Friedrich di Jakarta seperti Gedung Bank Indonesia (1958), Gedung Pola (1960-1961), Gedung BNI (1960-1961), Departemen Kejaksaan (1961), Monumen Pembebasan Irian Barat (1962), dan Markas Besar Angkatan Udara (1964).
Karyanya yang paling fenomenal sekaligus melejitkan kariernya adalahMasjid Istiqlal (1955). Masjid yang memiliki arti nama "merdeka" ini sampai sekarang masih menjadi yang terbesar di Asia Tenggara sekaligus menjadi lambang kerukunan antar umat beragama di Indonesia.
Inilah fakta-fakta menarik seputar Friedrich Silaban saat merancang Masjid Istiqlal, seperti yang dipamerkan di Galeri Nasional Indonesia pada 7-24 November 2017.
1. Friedrich si anak pendeta
Friedrich adalah seorang anak pendeta yang menganut agama Kristen. Ia lahir Bonandolok, Tapanuli, Sumatera Utara, pada 16 Desember 1912. Ia menempuh pendidikan kejuruan bangunan di Konongin Wilgemina School dalam kurun waktu 1927-1933.
Friedrich lantas mengambil perkuliahan dan ujian arsitektur di Aacademie voor Bouwkunst di Amsterdam dari 1949-1950.
2. Menang sayembara
Pada 1955, presiden pertama Indonesia Ir Soekarno mengadakan sayembara membuat desain maket Masjid Istiqlal. Sebanyak 22 dari 30 arsitek lolos persyaratan.
Bung Karno sebagai Ketua Dewan Juri mengumumkan nama Friedrich Silaban dengan karya berjudul "Ketuhanan" sebagai pemegang sayembara arsitek masjid itu. Bung Karno menjuluki Friedrich sebagai "by the grace of God" karena memenangi sayembara itu. Friedrich juga mendapat Piagam Tanda Kehormatan dan hadiah sejumlah uang. 
Lewat sayembara tersebut panitia juga dipuji banyak pihak, lantaran toleransi yang begitu besar dan adil. Tak memandang jika Friedrich beragama Kristen.
Soekarno (kiri) dan arsitek Friedrich Silaban (kanan)
Soekarno (kiri) dan arsitek Friedrich Silaban (kanan)(Galeri Nasional Indonesia)
3. Akrab dengan Soekarno
Hubungan Soekarno dan Friedrich digambarkan sebagai rekan yang produktif. Soekarno memercayai Friedrich dalam banyak proyek gedung kenegaraan. Mereka sering berdiskusi, berdebat, dan berkunjung ke berbagai negara sambil meninjau gedung dan kota modern, menggagas yang cocok bagi Indonesia.
Beberapa foto menunjukkan kebersamaan Soekarno dan Friedrich, bahkan saat berkunjung ke rumah Friedrich di Bogor. 
4. Mengawal pembangunan Istiqlal lebih dari 24 tahun
Tak mudah untuk mewujudkan Masjid Isiqlal di kala Indonesia mengalami gejolak politik. Penanaman tiang pancang Masjid Istiqlal baru dilakukan tahun 1961, dan selesai pada 22 Februari 1978. Artinya masa tersebut terjadi pada zaman Orde Lama dan Orde Baru.
Friedrich menjabat sebagai Wakil Kepala Proyek Masjid Istiqlal menemui kesulitan saat membangun Masjid Istiqlal. Mulai dari kesulitan teknis, krisis ekonomi, dan politik. Namun akhirnya Masjid Istiqlal menjadi karya terbaik Friedrich.
Foto maket Maket masjid Istiqlal yang dibuat oleh arsitek Friedrich Silaban.
Foto maket Maket masjid Istiqlal yang dibuat oleh arsitek Friedrich Silaban. (Galeri Nasional Indonesia)
5. Rajin survei dan protes
Untuk membangun Masjid Istiqlal, Friedrich ditugaskan untuk melakukan survei ke negara-negara seperti Iran, Mesir, Malaysia untuk mencari materi interior dan mihrab Masjid Istiqlal.
Friedrich begitu fokus dengan kualitas Masjid Istiqlal, agar bangunan dan interiornya dapat awet dalam jangka waktu yang panjang. Hal tersebut terlihat dari suratnya kepada Menteri Sekretaris Negara pada 1977.
"Sebagaimana telah berkali kali saya kemukakan, bahwa plaat2 untuk lantai Masjid Istiqlal kurang bijaksana, karena plaat2 marmer sebagai lantai Masjid yang besar dan yang akan dikunjungi oleh ribuan manusia, dalam waktu 10 tahun akan sudah mulai aus dan rusak. Sehingga jauh daripada seimbang dengan kekokohan Gedung Masjid Istiqlal secara keseluruhan," tulis Friedrich.
6. Dapat surat penggemar
Friedrich pernah mendapat surat dari seorang penggemar yang tak menyebutkan namanya. Dalam surat tersebut memuji kisah hidup Friedrich dan keberhasilan memenangkan sayembara Masjid Istiqlal. Penggemar tersebut juga memuji panitia yang dianggap adil.
Surat lainnya yang ditampilkan dalam pameran adalah surat pertanyaan mahasiswa arsitektur Universitas Kristen Petra Surabaya.
"Mengapa bagian utama masjid Istiqlal dibuat beratam kubah, tidak dibuat beratap piramid bersusun seperti halnya beberapa bentuk masjid di Indonesia?"
Sayang tak ada salinan surat balasan Friedrich, yang ada justru balasan surat mahasiswa yang mengaku puas dengan Friedrich beserta mengembalikan foto yang disertakan pada jawaban.
Arsitek Friedrich Silaban (kiri) bersama Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik Ir Sutami, sedang mengamati bangunan Masjid Istiqlal.
Arsitek Friedrich Silaban (kiri) bersama Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik Ir Sutami, sedang mengamati bangunan Masjid Istiqlal. (Sindunata/KOMPAS)
7. Dikenang jasanya
Dalam sebuah potongan artikel terbitan Sinar Harapan, setelah Friedrich tutup usia pada 14 Mei 1984, dituliskan Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia Kyai Haji Sjukri Gozali mengatakan mengenal benar Friedrich.
"Saya kenal beliau sebagai orang yang berdisiplin tinggi. Silaban mengatakan lebih senang masjid tidak memakai pintu gerbang yang harus ditutup dan dibuka. Bukakanlah tempat yang diagungkan sebenarnya tak perlu memakai pintu."
Dalam kesempatan lain, disebutkan Friedrich pernah menyatakan Masjid Istiqlal sebenarnya ditujukan berfungsi ganda. Bukan hanya sebagai tempat beribadah, namun juga puluhan ribu manusia dapat ditampung bila terjadi musibah menimpa warga kota seperti kebakaran, banjir, dan sebagainya.
sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar