Balai Besar Penelitian Veteriner, atau di tahun 1980-an, di saat saya masih di bangku sekolah dasar kerap disebut dengan LPPH (Lembaga Penelitian Penyakit Hewan) merupakan salah satu bangunan cagar budaya di Kota Bogor.
Lokasinya berada di jalan RE Martadinata setelah jembatan besi. Berkebalikan dari ujung lainnya yang berada di dekat Taman Air Mancur, suasana di sini terasa lebih sepi dan damai, meski terkadang ujung kemacetan panjang pun masih tersisa.
SEJARAH BALAI BESAR PENELITIAN VETERINER
Veteriner, sebelum Anda menduga bahwa tempat ini melakukan penelitian terhadap para veteran, lebih baik dijelaskan sedikit. Kata ini mengacu pada segala sesuatu yang berkaitan dengan hewan ternak.
Sejarahnya bermula menyusul pengembangan Lands Platentuin atau yang sekarang dikenal sebagai Kebun Raya Bogor sebagai pusat penelitian, pengelolanya mengembangkan berbagai pusat penelitian lainnya di beberapa tempat. Selain di sekitar kebun botani pertama di Asia Tenggara itu, mereka membangun kawasan Tjimanggoe (Cimanggu sekarang) sebagai area penelitian berbagai hal terkait pengembangan produk pertanian.
Kawasan ini hingga saat ini masih menjalankan fungsinya sejak awal, sebagai kawasan penelitian. Banyak balai besar atau kantor penelitian pertanian berada di sepanjang area pertemuan Jalan Tentara Pelajar dan Jalan Merdeka ini.
Balai Besar Penelitian Veteriner dibangun pada tahun 1908 dengan nama Veeartsenijkundig Laboratorium atau V.I . Dalam bahasa Indonesia nama ini berarti Laboratorium Hewan.
Dalam perjalanannya, pusat penelitian ini mengalami perubahan nama 10 kali. (sumber lihat di sini )
- Veeartsenijkundig Laboratorium (V.L.) 1908
2. Veeartsenijkundig Instituut (V.I.) 1927
3. Balai Penyidikan Penyakit Hewan (BPPH) 1942
4. Veeartsenijkundig Instituut NICA 1947
5. Lembaga Penyakit Hewan (LPH) 1950
6. Lembaga Pusat Penyakit Hewan (LPPH) 1955
7. Lembaga Penelitian Penyakit Hewan (LPPH) 1962
8. Balai Penelitian Penyakit Hewan (BPPH) 1980
9. Balai Penelitian Veteriner (Balitvet) 1984
10. Balai Besar Penelitian Veteriner Bogor (Bbalitvet) 2006
Bisa dimaklumi karena tempat ini sudah berusia lebih dari 100 tahun.
Bentuk awal bangunannya seperti di bawah ini
Jangan bayangkan bahwa komplek dimana cagar budaya ini berada akan bau kambing atau sapi. Tempat ini lebih merupakan lab atau kantor dibandingkan pasar hewan seperti pejagalan.
Justru suasananya sangat tenteram dan teduh karena banyak dinaungi oleh pepohonan besar.
Salah satu hal yang paling teringat bagi saya tentang tempat ini adalah pohon kayu putih besar yang sepertinya sudah tidak ada lagi. Biji kayu putih yang berjatuhan di bawahnya, dulu sering dikumpulkan untuk dijadikan peluru bagi senjata mainan kami.
Dengan mempergunakan bilah bambu atau kayu dan karet, biji-biji tersebut bisa menjadi senjata kami bertempur. Rasanya perih dan sakit kalau terkena, meski ukurannya kecil.
Sayangnya, sekarang sudah berubah. Umum tidak diperkenankan lagi untuk memasukinya. Bahkan ketika saya mencoba untuk mengambil gambar bangunan dari jarak dekat, petugas meminta saya mengajukan surat resmi dan izin dahulu. Padahal hal tersebut tidak bisa dilakukan di hari Sabtu dan hanya bisa dilakukan pada hari kerja.
Akhirnya saya hanya bisa memotretnya dengan menggunakan zoom dari luar pagar saja.
Semoga suatu waktu nanti bisa diperbaiki kalau sudah sempat mengajukan izin resmi. Entah kapan.
sumber
sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar