“Seharusnya” tidak perlu ada. Barisan tonggak penghadang sepeda motor, istilah yang Lovely Bogor pergunakan, ini sebenarnya tidak perlu dipasang.
Kehadiran tiang beton setinggi 1/2 sebenarnya tidak begitu cocok dengan estetika ruang trotoar seputar Kebun Raya Bogor ini. Tidak enak sebenarnya dilihat.
Bukan hanya karena bentuknya, tetapi juga karena tujuan dibuatnya sendiri menunjukkan masih adanya sesuatu yang salah dalam masyarakat Bogor.
Tetapi, mau tidak mau deretan-deretan tiang mini, yang hanya menyisakan celah sempit, itu memang harus dihadirkan. Para pemotor Bogor yang “ganas” (sama dengan banyak pemotor di daerah lain) sering memaksakan kehendaknya dan merampas hak para pejalan kaki.
Kalau tidak dijadikan jalan pintas bagi mereka, ya dijadikan tempat parkir kendaraan. Padahal sudah jelas sekali aturannya bahwa trotoar adalah area untuk pejalan kaki. Papan tanda yang terpasang tidaklah cukup dalam sebuah masyarakat yang masih belum sepenuhnya bisa menjadi tidak egois.
Kalau saja para pengguna jalan bisa saling menghargai hak dan melakukan kewajibannya, tonggak penghadang pemotor ini tidak perlu terpasang. Bahkan, jika kesadarannya sudah lebih tinggi lagi, bahkan tidak perlu ada papan tanda bahwa trotoar seputar Kebun Raya ini hanya untuk pesepeda dan pejalan kaki saja.
Sayangnya, masih terlalu panjang jalan bagi Bogor untuk memiliki masyarakat yang bisa saling menghargai. Situasi sosial kemasyarakatan di Kota Hujan ini memang memaksa Pemerintah Daerah Kota Bogor melakukan sesuatu yang sebenarnya tidak perlu dilakukan, mengadakan sesuatu yang sebenarnya tidak perlu ada.
Mau tidak mau.
sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar